Minggu, 01 Mei 2011
Surat panjang untuk kekasih....
Yogyakarta, di kala hujan....
Cinta….
Semua yang kutulis ini sudah pernah kutulis
Di mana setiap kata adalah air mataku
Di mana setiap kalimat adalah lukaku
Kepedihan yang tak pernah berujung yang terus kutulis ulang dari hari ke hari
Dengan harapan suatu saat hatimu akan tersentuh karenanya
Walau itu tak pernah terjadi…..
Kamu selalu menganggap segalanya mudah
Bukan untuk sekali ini saja….
Tapi telah berulang dari waktu ke waktu
Dengan janji yang tertunda dan bahkan tak pernah ditepati
Dengan berbagai alasan pembenaran yang harus diterima
Dengan maaf yang semakin lama tak lagi bernilai sebagai penutup
Ritme yang terus berulang seperti genta yang berdentang terus menerus
Menggemakan nada gaung yang sama
Hingga tak hanya telinga yang ditulikan tapi juga suara hati yang dibisukan
Dalam satu tarikan nafas kamu bersumpah dan berjanji padaku
Kamu tak akan melukaiku lagi
Kamu akan mengikuti segala yang kumau
Kamu akan belajar dari hari kemarin, dari kesalahan yang pernah terjadi
Kamu tidak akan mengulangi kesalahan yang sama
Kamu tak akan bersikap kasar
Kamu akan mengembalikan segala yang kamu rampas dari hatiku
Kamu akan membayar setiap lukaku, kepedihanku, air mataku
Kamu tidak akan memperlakukan aku seperti sampah lagi
Kamu tidak akan bersikap kasar, tidak emosional
Kamu akan membuang ego, keangkuhan dan kesombonganmu
Kamu akan mengalah padaku
Kamu akan menomorsatukan aku di atas yang lain di dunia ini
Kamu akan mengerti dan memahami aku
Kamu akan berusaha menjadi seperti yang kumau
Kamu akan berubah
Kamu akan memilih
Tapi adakah satu saja dari semua itu yang kamu buktikan padaku ?
Semua hanya sekedar kata-kata kan ?
Hari-hari bergulir seperti roda, berputar datang dan pergi
Kadang terasa lambat untuk dijalani kadang terlalu cepat berlalu
Cinta kita juga telah berputar seperti roda
Ada saat terlalu dalam menekan, meninggalkan jejaknya di tanah basah
Tapi ada saat ia seolah terbang melayang meniupkan debu dan kerikil
Sudah berapa banyak jejakmu yang tertanam di jalanan hatiku yang selalu basah oleh air mata?
Sudah berapa banyak debu dan kerikil yang kau tiupkan ke gersang hatiku hingga perih terasa?
Sudah berapa panjang hari-hari?
Siang malam silih berganti antara terik mentari dan derai hujan?
Sudah berapa lama aku menunggumu di tepian kehancuran?
Sudah berapa lama aku terjebak dalam lingkaran kepedihan yang seakan tiada berujung?
Sudah berapa lama aku berdiri di persimpangan dua sisi hati yang tak pernah bisa kupilih salah satunya ?
Sudah berapa banyak luka yang kau goreskan ke hatiku ?
Sudah berapa dalam sembilu kau tikamkan ke jantungku ?
Sudah berapa banyak bagian dari hidupku yang kau remuk redamkan, kau hancurkan hingga luluh lantak ?
Setiap kali kau membawaku ke ketinggian
Membuatku menatap langit yang biru di mana di sana aku berharap ada harapan bagiku
Membuatku menatap awan putih yang berarak berusaha mempercayai sumpah janjimu
Membuatku mencari batas cakrawala tempatku menunggumu menepati semua
Membuatku berpikir betapa indahnya pelangi setelah hujan tempatku sandarkan segala impian, harapan dan seluruh hidupku
Lalu kemudian kau hempaskan aku
Kau campakkan aku
Tahukah kau rasanya jatuh dari ketinggian?
Tahukah kau rasanya ketika kebencian perlahan-lahan mengegerogoti hati dan jiwamu?
Tahukah kau rasanya ketika kekecewaan menghancur leburkan harapanmu?
Tahukah kau rasanya ketika mimpimu terbakar habis jadi abu?
Tahukah kau rasanya ketika harga dirimu tercabik-cabik dalam penghinaan?
Tahukah kau rasanya ketika hatimu membeku, mati rasa?
Tahukah kau rasanya ketika seluruh hidupmu dihancur leburkan tanpa perasaan?
Tahukah kau rasanya ketika cintamu harus kaubunuh sebelum ia terlebih dahulu membunuhmu?
Kenapa aku begitu buta?
Kenapa aku begitu tuli?
Knapa aku begitu bodoh dan naif?
Kenapa setelah kau hancur leburkan hidupku, kau rajam hatiku, kau rampas seluruh milikku, aku masih saja memaafkanmu?
Kenapa setelah bertahun-tahun kau permainkan hatiku, kau perlakukan aku seperti sampah, kau lempar aku ke dalam kubangan penghinaan, aku masih saja mempercayaimu?
Kau telah merusakku hingga ke sel tubuhku yang terkecil
Kau telah menghancurkan aku hingga ke tetes darahku yang terakhir
Kau telah melukaiku hingga ke sungsum tulangku
Dan aku tak akan pernah bisa memaafkan diriku karena membiarkan kau melakukannya padaku
Aku pernah sangat mencintaimu…
Aku ingat setiap detik, setiap langkah dan setiap nafasku bersamamu
Aku ingat debaran hatiku, degup jantungku, dan desir darahku karena sentuhanmu
Aku ingat kelembutan dan kasih sayangmu yang menyesakkan dadaku
Aku ingat hari-hari dengan keberadaanmu
Aku ingat lorong gelap saat bibirmu mengecupku
Aku ingat derai hujan, wangi melati dan genggaman hangat jemarimu
Aku ingat begitu banyak hal tentang dirimu
Aku ingat malam-malam dalam pelukanmu
Dan aku ingat pagi pertama kutemukan diriku berbaring di sisimu
Bagaimana bisa kubuang itu semua?
Segalanya tentangmu yang sudah menjadi bagian dari diriku
Segalanya tentangmu yang menjadikan aku mencintaimu…
Aku mungkin dapat melupakan kau yang pernah bersamaku tertawa
Namun aku tak akan dapat melupakan kau yang pernah bersamaku berurai air mata
Aku ingat setiap tetes airmata penuh kepedihan karenamu
Aku ingat setiap sentuhanmu yang lumurkan dosa di tubuhku
Aku ingat setiap kecupanmu yang membakarku dalam kehinaan
Aku ingat setiap detik yang kulewati tanpa akal sehat, hati nurani, kehormatan dan harga diri untuk sebuah cinta yang pada akhirnya kusadari tak pantas kuperjuangkan
Adakah yang lebih menyakitkan dari mencintai seseorang yang tak boleh kucintai?
Adakah yang lebih menyedihkan dari mengharapkan milik orang lain?
Adakah yang lebih memalukan dari pengorbanan untuk seseorang yang tak pantas menerimanya?
Adakah yang lebih hancur dari hatiku saat menyadari aku ini tak cukup berharga bagimu?
Kenapa harus kusesali kerinduanmu yang tak berlabuh di hatiku?
Kenapa harus kutangisi anganmu yang terbang jauh sementara aku ada di sisimu?
Kenapa harus kuterluka karena ternyata kau tak mau berkorban untukku?
Kenapa harus kuterpuruk mencintai seseorang yang tak memperdulikanku sama sekali?
Cinta...
Malam ini bersama hujan yang terus turun...
Aku tahu bahwa aku harus benar-benar berhenti dari segalanya tentangmu
Dan separuh nafasku seakan tertinggal di antara jejak-jejak langkahku di setiap sudutnya
Telah kulepaskan dirimu, keberadaanmu, kebersamaan kita bersama kenangan yang menyertainya
Berhenti dari segalanya tentangmu
Berhenti dari kepedihanku mencintaimu.....
Cinta...tidakkah kau menyesalinya?
by Ry Kusumaningtyas, 22.30 WIB
Puisi Rindu
by Ry Kusumaningtyas pada 26 April 2010 jam 20:22
Terjerembab aku dalam rindu...
Bersama desah angin,
kau datang serupa bayangan kabut...
Mengisi penuh cangkir asaku dengan kental nan pekat...
Rasaku laksana malam di hutan, gelap dan hitam...
Terperosok aku dalam ingin...
Teduhmu seperti pegunungan di musim semi...
Inginku berlari dalam dekapmu..
Coba dengarkan langkah-langkah kita di dalam hujan..
Menggigil aku dalam pesona...
Dengarkan,
debarku serupa bisikan badai di gurun pasir...
Lihatlah,
rinduku sebiru laut...
Rasakan, hatiku sehangat mentari pagi...
Kau isi penuh melimpah ruah hari-hariku dengan mimpi...
datanglah dekapku dalam rindumu jua...
Terjerembab aku dalam rindu...
Bersama desah angin,
kau datang serupa bayangan kabut...
Mengisi penuh cangkir asaku dengan kental nan pekat...
Rasaku laksana malam di hutan, gelap dan hitam...
Terperosok aku dalam ingin...
Teduhmu seperti pegunungan di musim semi...
Inginku berlari dalam dekapmu..
Coba dengarkan langkah-langkah kita di dalam hujan..
Menggigil aku dalam pesona...
Dengarkan,
debarku serupa bisikan badai di gurun pasir...
Lihatlah,
rinduku sebiru laut...
Rasakan, hatiku sehangat mentari pagi...
Kau isi penuh melimpah ruah hari-hariku dengan mimpi...
datanglah dekapku dalam rindumu jua...
Patah
by Ry Kusumaningtyas pada 08 Mei 2010 jam 10:34
Sssssst.....aku mendengar sesuatu....
Tidakkah kalian dengar?
Aku mendengar suara sesuatu yang patah...
Lalu jatuh dan terinjak...
Remuk....
Menyayat...
Miris...
Membuat kudukku meremang...
Menjeratku dalam ketakutan tak terperi...
Pohon-pohon di luar sana....
Dahan kaliankah yang patah?
Sepi....tak ada jawaban...
Burung-burung di langit....
Sayap kaliankah yang patah?
Mereka terbang menjauh...
Rerumputan di kakiku...
Adakah aku mematahkah kalian?
Hening.....
Sssst....suara itu terdengar lagi...
Makin keras...
Duh memilukan...
Aku terjerembab merasakan perihnya....
Angin....
Tahukah engkau suara apa itu?
Angin berbisik lembut...
Merengkuhku dalam sejuk...
Tanyakan pada hatimu....
Matahari...
Tahukah engkau suara apa itu?
Matahari tersenyum hangat
Memelukku dengan cahaya...
Tanyakan pada hatimu...
Aku tergugu...
Meraba hatiku...dan bertanya ragu...
Hatiku...
Tahukah engkau suara apa itu?
Hening....sunyi....senyap....
Lalu dalam sekejap
Kesadaran itu membungkusku...
Meraupku begitu jelas dan nyata...
Suara itu berasal dari diriku....
Dari hatiku....
Hatikulah yang telah patah
Jatuh....terinjak di kakiku....
Remuk redam...
Hancur berderai....
Menjadi serpihan-serpihan debu....
Sssssst.....aku mendengar sesuatu....
Tidakkah kalian dengar?
Aku mendengar suara sesuatu yang patah...
Lalu jatuh dan terinjak...
Remuk....
Menyayat...
Miris...
Membuat kudukku meremang...
Menjeratku dalam ketakutan tak terperi...
Pohon-pohon di luar sana....
Dahan kaliankah yang patah?
Sepi....tak ada jawaban...
Burung-burung di langit....
Sayap kaliankah yang patah?
Mereka terbang menjauh...
Rerumputan di kakiku...
Adakah aku mematahkah kalian?
Hening.....
Sssst....suara itu terdengar lagi...
Makin keras...
Duh memilukan...
Aku terjerembab merasakan perihnya....
Angin....
Tahukah engkau suara apa itu?
Angin berbisik lembut...
Merengkuhku dalam sejuk...
Tanyakan pada hatimu....
Matahari...
Tahukah engkau suara apa itu?
Matahari tersenyum hangat
Memelukku dengan cahaya...
Tanyakan pada hatimu...
Aku tergugu...
Meraba hatiku...dan bertanya ragu...
Hatiku...
Tahukah engkau suara apa itu?
Hening....sunyi....senyap....
Lalu dalam sekejap
Kesadaran itu membungkusku...
Meraupku begitu jelas dan nyata...
Suara itu berasal dari diriku....
Dari hatiku....
Hatikulah yang telah patah
Jatuh....terinjak di kakiku....
Remuk redam...
Hancur berderai....
Menjadi serpihan-serpihan debu....
ingin kuhapus air mata ini....
by Ry Kusumaningtyas pada 08 Mei 2010 jam 20:23
Ada yang menitik...
Perlahan...lalu menderas...
Tumpah tak terkendali...
Dalam diam...
Lara itu mengalir, menyelinap, mengendap
Menjelma menjadi hantu dalam mimpi terburukku
Ingin kutulis pedih ini
Di atas selembar daun...
Berharap suatu saat akan luruh bersama kemarau
Gugur ke tanah
Mengering dan membusuk...
Ingin kuteriakkan sakit ini
Di tengah hiruk pikuk dunia...
Berharap seorang saja mendengar
Tanpa tatapan menusuk
Penuh penghakiman...
Ingin kusumpah serapahkan kemarahan ini
Di dalam derasnya ombak lautan
Agar dapat terbawa pergi
Meninggalkan pantai hatiku yang koyak
Menuju garis cakrawala...
Tapi....
Aku terpancang di sini
Terpaku oleh kenyataan...
Dijerat oleh apa yang disebut manusia Takdir
Dan terbelenggu oleh sebuah rasa...
CINTA...
Tuhan...
Bila manusia begitu tak sempurna...
Kenapa begitu banyak harapan tersemai di padang asa yang tak bertepi?
Tuhan...
Bila aku begitu hina di mata makhlukmu...
Kenapa begitu banyak kesabaran yang kutanam di ladang gersang hatiku yang carut marut?
Tuhan...
Ingin kusandarkan letih ini di bahu-MU
Dan ingin kuminta sebuah harapan dalam lirih doaku...
Bilakah pintu kebenaran itu terbuka?
Aku telah menempuh ribuan mil jalanan berdebu
Terengah tertatih dalam pendakian yang terjal...
Ketika kusampai..aku terpuruk dalam letih yang mematahkan tulang
Kuketuk pintu kebenaran itu...
Ribuan kali...jutaan kali...
Tapi tak jua terbuka...
Tuhan...
Bila matahariku sudah tak bersinar lagi...
Kemanakan kukeringkan air mataku?
Selain dalam jubah kebesaran-Mu?
Sungguh...
Ingin kuhapus air mata ini....
Ada yang menitik...
Perlahan...lalu menderas...
Tumpah tak terkendali...
Dalam diam...
Lara itu mengalir, menyelinap, mengendap
Menjelma menjadi hantu dalam mimpi terburukku
Ingin kutulis pedih ini
Di atas selembar daun...
Berharap suatu saat akan luruh bersama kemarau
Gugur ke tanah
Mengering dan membusuk...
Ingin kuteriakkan sakit ini
Di tengah hiruk pikuk dunia...
Berharap seorang saja mendengar
Tanpa tatapan menusuk
Penuh penghakiman...
Ingin kusumpah serapahkan kemarahan ini
Di dalam derasnya ombak lautan
Agar dapat terbawa pergi
Meninggalkan pantai hatiku yang koyak
Menuju garis cakrawala...
Tapi....
Aku terpancang di sini
Terpaku oleh kenyataan...
Dijerat oleh apa yang disebut manusia Takdir
Dan terbelenggu oleh sebuah rasa...
CINTA...
Tuhan...
Bila manusia begitu tak sempurna...
Kenapa begitu banyak harapan tersemai di padang asa yang tak bertepi?
Tuhan...
Bila aku begitu hina di mata makhlukmu...
Kenapa begitu banyak kesabaran yang kutanam di ladang gersang hatiku yang carut marut?
Tuhan...
Ingin kusandarkan letih ini di bahu-MU
Dan ingin kuminta sebuah harapan dalam lirih doaku...
Bilakah pintu kebenaran itu terbuka?
Aku telah menempuh ribuan mil jalanan berdebu
Terengah tertatih dalam pendakian yang terjal...
Ketika kusampai..aku terpuruk dalam letih yang mematahkan tulang
Kuketuk pintu kebenaran itu...
Ribuan kali...jutaan kali...
Tapi tak jua terbuka...
Tuhan...
Bila matahariku sudah tak bersinar lagi...
Kemanakan kukeringkan air mataku?
Selain dalam jubah kebesaran-Mu?
Sungguh...
Ingin kuhapus air mata ini....
Bila
by Ry Kusumaningtyas pada 09 Mei 2010 jam 16:35
Bila....
Begitu hina aku...
Hingga tiada indah jiwaku terlukis di cermin kenanganmu...
Bila...
Begitu rendah aku...
Hingga tuturku laksana nyanyian penyair bisu di gendangmu...
Bila...
Begitu tak berarti aku...
Walau untaian mutiara ketulusan telah kujadikan perhiasan hidupmu
Bila...
Begitu tak terlihat aku...
Walau hanya sekedar menjadi seorang pesakitan di tepian hatimu...
Bila...
Dan bila...
Masih tersisa sebuah tempat di hatiku...
Tuk kau lukis lagi dengan lukisan kepedihan..
Tuk kau gores dengan pena kepahitan....
Ambillah tempat itu....
Masih akan selalu ada warna matahari di sana...
bersama putihnya kata...
MAAF
Bila....
Begitu hina aku...
Hingga tiada indah jiwaku terlukis di cermin kenanganmu...
Bila...
Begitu rendah aku...
Hingga tuturku laksana nyanyian penyair bisu di gendangmu...
Bila...
Begitu tak berarti aku...
Walau untaian mutiara ketulusan telah kujadikan perhiasan hidupmu
Bila...
Begitu tak terlihat aku...
Walau hanya sekedar menjadi seorang pesakitan di tepian hatimu...
Bila...
Dan bila...
Masih tersisa sebuah tempat di hatiku...
Tuk kau lukis lagi dengan lukisan kepedihan..
Tuk kau gores dengan pena kepahitan....
Ambillah tempat itu....
Masih akan selalu ada warna matahari di sana...
bersama putihnya kata...
MAAF
Sedetik saja....
by Ry Kusumaningtyas pada 21 Mei 2010 jam 9:12
Seberkas cahaya menerobos kisi kisi..
Sejuta nuansa emas dalam semburat pelangi...
Ada setetes air mata membasah...
Dalam banyak rasa yang tak terlukiskan....
Tuhan, andai dapat kuhentikan roda waktu....
Pada detik aku menangis dengan nama-Mu di ujung isakku...
Bolehkah kumaknai rasaku sebagai bahagia?
Walau laraku terkecap di tiap helaku.....
Haruskah kusesalkan jutaan langkahku mengejarnya?
Bila di setiap tapakku, ada kebesaran-Mu menguatkanku....
Haruskah kusesali ribuan lukaku mencintainya?
Bila di setiap perihnya, ada doaku bersimpuh di kaki-Mu...
Ada ribuan hari aku berdiri dalam penantian tanpa ujung....
Matahari mengeringkan airmataku...
Hujan membasuh pedihku...
Tak peduliku pada waktu..
Kulabuhkan asaku di tepi keikhlasan...
Tuhan, walau langitku tak lagi berhias bintang....
Walau matahari tak mau lagi menghangatkan hari...
Walau tiada lagi pelangi di akhir hujan...
Ijinkan cinta ini tetap hidup di relungku....
Tuhan dalam rahmat-Mu,
Walau hanya sedetik saja
Aku ingin merasa bahagia karena mencintainya...
Seberkas cahaya menerobos kisi kisi..
Sejuta nuansa emas dalam semburat pelangi...
Ada setetes air mata membasah...
Dalam banyak rasa yang tak terlukiskan....
Tuhan, andai dapat kuhentikan roda waktu....
Pada detik aku menangis dengan nama-Mu di ujung isakku...
Bolehkah kumaknai rasaku sebagai bahagia?
Walau laraku terkecap di tiap helaku.....
Haruskah kusesalkan jutaan langkahku mengejarnya?
Bila di setiap tapakku, ada kebesaran-Mu menguatkanku....
Haruskah kusesali ribuan lukaku mencintainya?
Bila di setiap perihnya, ada doaku bersimpuh di kaki-Mu...
Ada ribuan hari aku berdiri dalam penantian tanpa ujung....
Matahari mengeringkan airmataku...
Hujan membasuh pedihku...
Tak peduliku pada waktu..
Kulabuhkan asaku di tepi keikhlasan...
Tuhan, walau langitku tak lagi berhias bintang....
Walau matahari tak mau lagi menghangatkan hari...
Walau tiada lagi pelangi di akhir hujan...
Ijinkan cinta ini tetap hidup di relungku....
Tuhan dalam rahmat-Mu,
Walau hanya sedetik saja
Aku ingin merasa bahagia karena mencintainya...
Puisi Patah Hati
by Ry Kusumaningtyas pada 05 Juni 2010 jam 9:46
Ingin kuusir pergi kau dari hidupku...
Biar kubenahi sendiri puing reruntuhan asaku...
Biar kurekat sendiri serpihan hatiku...
Biar kuseka sendiri air mata ini...
Ingin kubuang jauh cintaku...
Kulempar ke langit hitam agar tak kembali...
Kutenggelamkan dalam samudra agar dimakan ikan-ikan...
Kukubur dalam-dalam ke tanah menjadi santapan cacing...
Inginku teriakkan pada dunia betapa lara aku...
Agar kau buka lebar telingamu tuk dengar jeritanku...
Agar kau buka mata tuk melihat parahnya lukaku...
Agar kau lembutkan hatimu tuk rasakan pedihku...
Tidakkah kamu tahu...
Semua karenamu?
Separuh nafasku telah kutinggalkan di antara jejak langkah kita...
Aku terengah..
Tertatih hingga akhirnya terpuruk sendiri memeluk mimpiku yang tersisa.
Memunguti serpihan asaku yang hancur...
Mengharapkanmu
Merindukanmu
Mendambakanmu...
Yang tak pernah ada...
Ingin kuusir pergi kau dari hidupku...
Biar kubenahi sendiri puing reruntuhan asaku...
Biar kurekat sendiri serpihan hatiku...
Biar kuseka sendiri air mata ini...
Ingin kubuang jauh cintaku...
Kulempar ke langit hitam agar tak kembali...
Kutenggelamkan dalam samudra agar dimakan ikan-ikan...
Kukubur dalam-dalam ke tanah menjadi santapan cacing...
Inginku teriakkan pada dunia betapa lara aku...
Agar kau buka lebar telingamu tuk dengar jeritanku...
Agar kau buka mata tuk melihat parahnya lukaku...
Agar kau lembutkan hatimu tuk rasakan pedihku...
Tidakkah kamu tahu...
Semua karenamu?
Separuh nafasku telah kutinggalkan di antara jejak langkah kita...
Aku terengah..
Tertatih hingga akhirnya terpuruk sendiri memeluk mimpiku yang tersisa.
Memunguti serpihan asaku yang hancur...
Mengharapkanmu
Merindukanmu
Mendambakanmu...
Yang tak pernah ada...
Andai aku punya seorang Ibu....
by
Ry Kusumaningtyas pada 05 Juni 2010 jam 21:06
Tuhan,
Andai aku punya seorang ibu...
Mungkin aku tak kan tersesat di jalan ini...
Tak mungkin aku sendirian terpuruk tanpa tau harus kemana kumengadu...
Tuhan,
Dulu saat ku kanak-kanak pernah kuminta seorang ibu...
Dalam tiap doaku, kuberharap kupunya ibu...
Lalu suatu waktu, aku berhenti meminta dan berdoa..
Ibuku tak ijinkan aku memanggilnya 'Mama'...
Tuhan,
Bersama air mata kanak-kanakku, aku ikrarkan dalam hatiku...
Aku tak punya Ibu...
Harus kujalani hidupku tanpa ibu...
Karena ia memang tak pernah ada...
Tapi sekarang..
Di detik ini...
Setelah seperempat abad kulalui...
Kupanjatkan lagi doaku...
Tuhan,
Beri aku seorang ibu...
Agar aku bisa menangis di dekapnya...
Agar kurasakan cintanya sekali saja dalam hidupku...
Agar aku bisa bangkit lagi dari kehancuran ini...
Tuhan,
Kumohon...
Beri aku seorang ibu
Walau hanya untuk malam ini saja...
Aku ingin punya seorang ibu...
Agar aku punya satu lagi alasan untukku...
Hidup...
Ry Kusumaningtyas pada 05 Juni 2010 jam 21:06
Tuhan,
Andai aku punya seorang ibu...
Mungkin aku tak kan tersesat di jalan ini...
Tak mungkin aku sendirian terpuruk tanpa tau harus kemana kumengadu...
Tuhan,
Dulu saat ku kanak-kanak pernah kuminta seorang ibu...
Dalam tiap doaku, kuberharap kupunya ibu...
Lalu suatu waktu, aku berhenti meminta dan berdoa..
Ibuku tak ijinkan aku memanggilnya 'Mama'...
Tuhan,
Bersama air mata kanak-kanakku, aku ikrarkan dalam hatiku...
Aku tak punya Ibu...
Harus kujalani hidupku tanpa ibu...
Karena ia memang tak pernah ada...
Tapi sekarang..
Di detik ini...
Setelah seperempat abad kulalui...
Kupanjatkan lagi doaku...
Tuhan,
Beri aku seorang ibu...
Agar aku bisa menangis di dekapnya...
Agar kurasakan cintanya sekali saja dalam hidupku...
Agar aku bisa bangkit lagi dari kehancuran ini...
Tuhan,
Kumohon...
Beri aku seorang ibu
Walau hanya untuk malam ini saja...
Aku ingin punya seorang ibu...
Agar aku punya satu lagi alasan untukku...
Hidup...
Jika...
by Ry Kusumaningtyas pada 01 Juli 2010 jam 0:53
Jika kau mencintaiku
Katakan sekarang saat aku tahu
Cintai aku sekarang saat aku masih hidup
Jangan tunggu sampai aku mati...
Jika kau mencintaiku
ungkapkan sekarang
Jika kau tunggu sampai aku tidur dan tak pernah bangun
Aku tak bisa lagi mendengarnya...
Jika kau mencintaiku,
Ungkapkan sekarang.
Jika kau biarkan sampai aku pergi dan tak pernah kembali.
Aku tak bisa lagi merasakannya...
Jika kau mencintaiku
Katakan sekarang saat aku masih ada
Saat aku masih bernafas, saat aku masih hidup...
Agar aku bisa membawanya mati...
Ya Allah, hanya ridho keajaiban-Mu yang masih dapat kuharapkan...
Karena aku tidak bisa berharap dari manusia.
Hanya cinta-Mu yang pantas kubawa mati...
Jika kau mencintaiku
Katakan sekarang saat aku tahu
Cintai aku sekarang saat aku masih hidup
Jangan tunggu sampai aku mati...
Jika kau mencintaiku
ungkapkan sekarang
Jika kau tunggu sampai aku tidur dan tak pernah bangun
Aku tak bisa lagi mendengarnya...
Jika kau mencintaiku,
Ungkapkan sekarang.
Jika kau biarkan sampai aku pergi dan tak pernah kembali.
Aku tak bisa lagi merasakannya...
Jika kau mencintaiku
Katakan sekarang saat aku masih ada
Saat aku masih bernafas, saat aku masih hidup...
Agar aku bisa membawanya mati...
Ya Allah, hanya ridho keajaiban-Mu yang masih dapat kuharapkan...
Karena aku tidak bisa berharap dari manusia.
Hanya cinta-Mu yang pantas kubawa mati...
Tanpa Judul
by Ry Kusumaningtyas pada 03 Juli 2010 jam 7:55
Ada yang mati di dalam hatiku sementara aku masih hidup...
Untuk apa air mata ini?
Yang menganak di atas kepahitan?
Untuk apa pedih terpelihara tapi masih kubelai lukaku dengan asa?
Untuk apa?
Bila kematian itu bahkan tak dapat kubungkus dalam ikhlas dan kukubur dalam-dalam?
Kenapa cara ini yang kau pilih untuk meluluh lantakkan hidupku?
Gunakah nafas tanpa nadi berdenyut?
Gunakah jantung berdegub tanpa darah mengalir?
Adakah kematian yang lebih menakutkan dari jiwa yang mati dalam raga yang hidup?
Ada yang mati di dalam hatiku sementara aku masih hidup...
Untuk apa air mata ini?
Yang menganak di atas kepahitan?
Untuk apa pedih terpelihara tapi masih kubelai lukaku dengan asa?
Untuk apa?
Bila kematian itu bahkan tak dapat kubungkus dalam ikhlas dan kukubur dalam-dalam?
Kenapa cara ini yang kau pilih untuk meluluh lantakkan hidupku?
Gunakah nafas tanpa nadi berdenyut?
Gunakah jantung berdegub tanpa darah mengalir?
Adakah kematian yang lebih menakutkan dari jiwa yang mati dalam raga yang hidup?
Cangkir Hati
by Ry Kusumaningtyas pada 08 Juli 2010 jam 18:56
Kupandangi cangkir kristal hatiku
Berapa panjang waktu cukup memudarkan kilaunya?
Ada noda hitam kepahitan di dasarnya
Juga retak tergores luka di tepinya
Inikah lukisan hidupku?
Rasanya tak hanya kopi pahit kepedihan yang mendidih kutuangkan
Ada sesendok gula manisnya cinta
Bahkan setetes madu kebaikan
Juga lembutnya ketulusan
Lalu kenapa tiada berbekas?
Tuhan...
Mungkin telah terlalu lama tak kuseka cangkir hatiku dengan nama-Mu
Betapa sering kulupa mencucinya dengan ikhlas dan sabar
Aku lalai menggosoknya dengan doa dan taubatku....
Tuhan..
Cangkir kristalku mungkin telah retak
Selama nafas itu ada
Masihkah ampunan-Mu membuatnya berkilau lagi?
Kupandangi cangkir kristal hatiku
Berapa panjang waktu cukup memudarkan kilaunya?
Ada noda hitam kepahitan di dasarnya
Juga retak tergores luka di tepinya
Inikah lukisan hidupku?
Rasanya tak hanya kopi pahit kepedihan yang mendidih kutuangkan
Ada sesendok gula manisnya cinta
Bahkan setetes madu kebaikan
Juga lembutnya ketulusan
Lalu kenapa tiada berbekas?
Tuhan...
Mungkin telah terlalu lama tak kuseka cangkir hatiku dengan nama-Mu
Betapa sering kulupa mencucinya dengan ikhlas dan sabar
Aku lalai menggosoknya dengan doa dan taubatku....
Tuhan..
Cangkir kristalku mungkin telah retak
Selama nafas itu ada
Masihkah ampunan-Mu membuatnya berkilau lagi?
Sudahkah?
by Ry Kusumaningtyas pada 25 Agustus 2010 jam 3:14
Ya Allah,
Sudahkah kusampaikan hatiku pada-Mu?
Hari-hari yg kulalui sejak kuterjatuh dan tak mampu menggerakkan tubuhku
Sudahkah kuucapkan puji dan syukurku?
Kau tidak hanya telah mengajariku menjadi bayi kembali
Mengingatkanku betapa berharganya tubuhku
Aku tak hanya belajar bergerak tapi aku juga belajar arti berjuang
Aku tak hanya belajar duduk, tapi aku juga belajar arti ketulusan
Aku tak hanya belajar berdiri, tapi aku juga belajar arti kebaikan
Aku tak hanya belajar berjalan, tapi aku juga belajar arti keikhlasan
Ya Allah,
Tolong ampuni aku
Bila begitu banyak keluh kesahku dalam sakit
Sudahkah aku tersenyum pada mereka yang tulus berdoa untukku?
Sudahkah aku berterima kasih pada mereka yang ikhlas menolongku?
Sudahkah aku bersyukur pada mereka yang telah ada untukku?
Ya Allah,
Sudahkah aku mencintai-Mu sebagaimana Kau mencintaiku?
Tolong jangan berhenti mencintaiku
Jangan berhenti menegurku bila kulupa bahwa aku tidak memiliki apapun di dunia ini
Tolong selalu ingatkan aku bahwa semua adalah milik-Mu
Akan kembali kepada-Mu
Agar aku belajar dan berjuang lebih keras lagi untuk mengikhlaskan semua yang memang bukan milikku
Termasuk hidupku...
Ya Allah,
Kau yang memberiku hidup dengan tangis
Kau jua yang akan memberiku hidup dengan tawa
Kau yang mengajariku hidup dengan luka
Kau jua yang akan mengajariku hidup dengan bahagia
Kau yang telah memberiku waktu lagi dan lagi untuk tetap hidup
Kau jua yang akan memberiku waktu lebih lama lagi memaknai hidupku dengan sesuatu yang lebih baik...
Ya Allah,
Hanya dan hanya kepada-Mu aku akan kembali...
Ya Allah,
Sudahkah kusampaikan hatiku pada-Mu?
Hari-hari yg kulalui sejak kuterjatuh dan tak mampu menggerakkan tubuhku
Sudahkah kuucapkan puji dan syukurku?
Kau tidak hanya telah mengajariku menjadi bayi kembali
Mengingatkanku betapa berharganya tubuhku
Aku tak hanya belajar bergerak tapi aku juga belajar arti berjuang
Aku tak hanya belajar duduk, tapi aku juga belajar arti ketulusan
Aku tak hanya belajar berdiri, tapi aku juga belajar arti kebaikan
Aku tak hanya belajar berjalan, tapi aku juga belajar arti keikhlasan
Ya Allah,
Tolong ampuni aku
Bila begitu banyak keluh kesahku dalam sakit
Sudahkah aku tersenyum pada mereka yang tulus berdoa untukku?
Sudahkah aku berterima kasih pada mereka yang ikhlas menolongku?
Sudahkah aku bersyukur pada mereka yang telah ada untukku?
Ya Allah,
Sudahkah aku mencintai-Mu sebagaimana Kau mencintaiku?
Tolong jangan berhenti mencintaiku
Jangan berhenti menegurku bila kulupa bahwa aku tidak memiliki apapun di dunia ini
Tolong selalu ingatkan aku bahwa semua adalah milik-Mu
Akan kembali kepada-Mu
Agar aku belajar dan berjuang lebih keras lagi untuk mengikhlaskan semua yang memang bukan milikku
Termasuk hidupku...
Ya Allah,
Kau yang memberiku hidup dengan tangis
Kau jua yang akan memberiku hidup dengan tawa
Kau yang mengajariku hidup dengan luka
Kau jua yang akan mengajariku hidup dengan bahagia
Kau yang telah memberiku waktu lagi dan lagi untuk tetap hidup
Kau jua yang akan memberiku waktu lebih lama lagi memaknai hidupku dengan sesuatu yang lebih baik...
Ya Allah,
Hanya dan hanya kepada-Mu aku akan kembali...
..........
by Ry Kusumaningtyas pada 18 September 2010 jam 22:42
Di manakah dapat kubeli tegar itu...
Bila tiada harga yang pantas bagiku?
Adakah dapat kupinjam satu senyuman saja pemerah hariku?
Allah menegurku di setiap isakku....
Mengkelukan lidahku meminta apa yang tak pantas kuterima....
Pantaskah kuminta keadilan bila tiada yang lebih adil selain Dia....
Sungguh aku terpuruk dalam sesalku terlambat dengarkan jeritan nuraniku yang ditulikan cinta.
Sungguh tak pantas aku lalai di penghujung malam sementara kutahu Allah-ku tak pernah tidur.....
Tiada lagi yang pantas kuminta dalam bait-bait doaku yang penuh sesak oleh pedih dan kemarahan.
Kenapa kupelihara dendam ini bila janji Allah adalah pasti bahwa tiada tempat tuk kezaliman di surga-Nya..
Allah lebih tahu apa yang baik bagiku walau terlihat begitu buruk di mataku....
Jadi di mana dapat kupelajari ikhlas itu?
Di manakah dapat kubeli tegar itu...
Bila tiada harga yang pantas bagiku?
Adakah dapat kupinjam satu senyuman saja pemerah hariku?
Allah menegurku di setiap isakku....
Mengkelukan lidahku meminta apa yang tak pantas kuterima....
Pantaskah kuminta keadilan bila tiada yang lebih adil selain Dia....
Sungguh aku terpuruk dalam sesalku terlambat dengarkan jeritan nuraniku yang ditulikan cinta.
Sungguh tak pantas aku lalai di penghujung malam sementara kutahu Allah-ku tak pernah tidur.....
Tiada lagi yang pantas kuminta dalam bait-bait doaku yang penuh sesak oleh pedih dan kemarahan.
Kenapa kupelihara dendam ini bila janji Allah adalah pasti bahwa tiada tempat tuk kezaliman di surga-Nya..
Allah lebih tahu apa yang baik bagiku walau terlihat begitu buruk di mataku....
Jadi di mana dapat kupelajari ikhlas itu?
Kau....
by Ry Kusumaningtyas pada 27 September 2010 jam 5:25
Kau telah ada begitu lama tanpa pernah kusadari...
Kau tersenyum dan ulurkan tanganmu tanpa pernah kupeduli...
Kau ada saat kuminta kau ada...
Dan kau pergi saat aku ingin kau pergi...
Begitu banyak malam kala aku pernah bertanya pada hatiku...
Terbuat dari apa hatimu?
Pernahkah kau melihatku sebagaimana aku ingin kau lihat?
Adakah aku punya arti lebih dari ketulusan hatimu pada setiap kepedihan?
Bertahun-tahun kutempatkan engkau pada suatu tempat yang tak akan kujangkau.
Karena aku merasa
Aku tak pernah ada...
Tapi kenapa sekarang
Takdir memilih untuk berkata jujur
Tentang segala yang aku tak pernah tahu?
Justru di saat kau sembuhkan lukaku...
Justru di saat kau berikan bahumu tempatku menangis...
Justru di saat aku membutuhkanmu tuk tetap hidup?
Bagaimana aku harus menatapmu sekarang
Sementara ada yang tumbuh dan harus kupupus?
Aku jatuh...
Bisakah kuberharap kau akan menolongku lagi dan lagi,
Selalu dan selalu
Seperti bertahun-tahun ini...
Tanpa ada yang retak di sana?
Darimu aku belajar tentang arti sebenarnya dari keikhlasan...
Ikhlasmu untukku...
Tahukah kamu
Bahwa kamu telah menyentuh hatiku
Di tempat yang aku tak pernah tahu itu ada...
Haruskah kubiarkan lagi takdir mempermainkan hidupku?
Kau telah ada begitu lama tanpa pernah kusadari...
Kau tersenyum dan ulurkan tanganmu tanpa pernah kupeduli...
Kau ada saat kuminta kau ada...
Dan kau pergi saat aku ingin kau pergi...
Begitu banyak malam kala aku pernah bertanya pada hatiku...
Terbuat dari apa hatimu?
Pernahkah kau melihatku sebagaimana aku ingin kau lihat?
Adakah aku punya arti lebih dari ketulusan hatimu pada setiap kepedihan?
Bertahun-tahun kutempatkan engkau pada suatu tempat yang tak akan kujangkau.
Karena aku merasa
Aku tak pernah ada...
Tapi kenapa sekarang
Takdir memilih untuk berkata jujur
Tentang segala yang aku tak pernah tahu?
Justru di saat kau sembuhkan lukaku...
Justru di saat kau berikan bahumu tempatku menangis...
Justru di saat aku membutuhkanmu tuk tetap hidup?
Bagaimana aku harus menatapmu sekarang
Sementara ada yang tumbuh dan harus kupupus?
Aku jatuh...
Bisakah kuberharap kau akan menolongku lagi dan lagi,
Selalu dan selalu
Seperti bertahun-tahun ini...
Tanpa ada yang retak di sana?
Darimu aku belajar tentang arti sebenarnya dari keikhlasan...
Ikhlasmu untukku...
Tahukah kamu
Bahwa kamu telah menyentuh hatiku
Di tempat yang aku tak pernah tahu itu ada...
Haruskah kubiarkan lagi takdir mempermainkan hidupku?
....hmm....
by Ry Kusumaningtyas pada 30 September 2010 jam 15:46
jangan kau tanya hatiku,
sebelum kau tahu hatimu.
akan kuulurkan tanganku asal kau menyambutnya.
tapi bagaimana bisa
kau harapkan aku bisa menyentuh hatimu
bila pintumu tak rela kuketuk?
kau mungkin bisa bermain dengan asa dan sesal.
tapi hati bukan pualam yang tak tergores oleh senyummu.
takdir itu mengejarku...
tapi kau berpaling darinya..
kenapa kau bersembunyi di balik kepasrahan
tuk sesuatu yang tak pernah kau perjuangkan?
aku bukan pilihan,
karena aku ada bukan untuk dipilih...
aku ada walau kau ingkari.
aku ada walau kau tak bergeming.
kau bukan tak tahu apa itu cinta,
kau hanya terlalu takut tuk mengecapnya.
karena hidup bagimu bukan samudra yang kadang tenang lalu badai datang...
hidupmu adalah air dalam gelas baja yang tak kan tumpah bila tak kau tumpahkan
dan tak kan beriak bila tak kau guncang...
dan aku adalah badai...
yang akan selalu kau hindari...
jangan meminta maaf tuk luka yang kau tak sadari ada...
karena sudah terlambat...
kau telah hunuskan pedang dan menancapnya begitu dalam...
seraya kau hapus airmataku dengan jarimu...
jangan kau tanya hatiku,
sebelum kau tahu hatimu.
akan kuulurkan tanganku asal kau menyambutnya.
tapi bagaimana bisa
kau harapkan aku bisa menyentuh hatimu
bila pintumu tak rela kuketuk?
kau mungkin bisa bermain dengan asa dan sesal.
tapi hati bukan pualam yang tak tergores oleh senyummu.
takdir itu mengejarku...
tapi kau berpaling darinya..
kenapa kau bersembunyi di balik kepasrahan
tuk sesuatu yang tak pernah kau perjuangkan?
aku bukan pilihan,
karena aku ada bukan untuk dipilih...
aku ada walau kau ingkari.
aku ada walau kau tak bergeming.
kau bukan tak tahu apa itu cinta,
kau hanya terlalu takut tuk mengecapnya.
karena hidup bagimu bukan samudra yang kadang tenang lalu badai datang...
hidupmu adalah air dalam gelas baja yang tak kan tumpah bila tak kau tumpahkan
dan tak kan beriak bila tak kau guncang...
dan aku adalah badai...
yang akan selalu kau hindari...
jangan meminta maaf tuk luka yang kau tak sadari ada...
karena sudah terlambat...
kau telah hunuskan pedang dan menancapnya begitu dalam...
seraya kau hapus airmataku dengan jarimu...
Kau tak kan bisa ambil Tuhan dari hatiku...
by Ry Kusumaningtyas pada 06 Oktober 2010 jam 6:41
Terpuruk sendiri aku dalam hening...
Hampa terasa seluruhnya...
Aku terhimpit dalam ketidakberdayaan...
Kenapa Kau ciptakan dua mata untuk melihat kenyataan,
Dua telinga untuk mendengar kebenaran,
Dua tangan untuk menggapai asa
Dan dua kaki untuk berlari jauh
Tapi hanya satu hati untuk mencintai?
Ketika mataku tak sanggup lagi terpejam
Tanpa bayanganmu menjelma menjadi hantu menelusup dalam mimpi terburukku...
Ketika telingaku tak mampu mendengar nada indah
Selain isakku sendiri kehilanganmu...
Ketika tanganku hanya ingin meraihmu,
Menggenggam asa yang tersisa...
Ketika kakiku tak lagi kuasa berlari dan terpaku di tepian hatimu...
Ketika aku mati dan hidup berkali-kali hanya karena mencintaimu...
Apalagi yang tersisa dariku tuk kau minta?
Andai dapat kupenuhi diriku dengan segala sesuatu yang kau mau,
Ruang apakah yang masih tersisa tuk segala sesuatu yang tak kau mau?
Ambillah...
Ambil semua yang kau mau dariku...
Toh asaku telah kau patahkan,
Mimpiku telah kau porak porandakan,
Hatiku telah kau remuk redamkan,
Kau rajam dengan kejam hingga luluh lantak...
Aku hanya memiliki satu nyawa tapi kau bahkan telah membunuhku jutaan kali...
Ambillah bila dengan semua, dendammu tuntas...
Tapi ada yang tak kan bisa kau ambil dariku...
Kau tak kan bisa ambil Tuhan dariku...
Walau kau benamkan aku dalam kepedihan neraka dunia yang tak berujung...
Tuhan akan tetap ada,
Selalu ada...tak kan dapat kau cabut...
Terpuruk sendiri aku dalam hening...
Hampa terasa seluruhnya...
Aku terhimpit dalam ketidakberdayaan...
Kenapa Kau ciptakan dua mata untuk melihat kenyataan,
Dua telinga untuk mendengar kebenaran,
Dua tangan untuk menggapai asa
Dan dua kaki untuk berlari jauh
Tapi hanya satu hati untuk mencintai?
Ketika mataku tak sanggup lagi terpejam
Tanpa bayanganmu menjelma menjadi hantu menelusup dalam mimpi terburukku...
Ketika telingaku tak mampu mendengar nada indah
Selain isakku sendiri kehilanganmu...
Ketika tanganku hanya ingin meraihmu,
Menggenggam asa yang tersisa...
Ketika kakiku tak lagi kuasa berlari dan terpaku di tepian hatimu...
Ketika aku mati dan hidup berkali-kali hanya karena mencintaimu...
Apalagi yang tersisa dariku tuk kau minta?
Andai dapat kupenuhi diriku dengan segala sesuatu yang kau mau,
Ruang apakah yang masih tersisa tuk segala sesuatu yang tak kau mau?
Ambillah...
Ambil semua yang kau mau dariku...
Toh asaku telah kau patahkan,
Mimpiku telah kau porak porandakan,
Hatiku telah kau remuk redamkan,
Kau rajam dengan kejam hingga luluh lantak...
Aku hanya memiliki satu nyawa tapi kau bahkan telah membunuhku jutaan kali...
Ambillah bila dengan semua, dendammu tuntas...
Tapi ada yang tak kan bisa kau ambil dariku...
Kau tak kan bisa ambil Tuhan dariku...
Walau kau benamkan aku dalam kepedihan neraka dunia yang tak berujung...
Tuhan akan tetap ada,
Selalu ada...tak kan dapat kau cabut...
Di ujung sepi ini....
oleh Ry Kusumaningtyas pada 08 November 2010 jam 20:59
Di ujung sepi ini...terpekur aku sepeninggalmu...
Ada yang tercabut dan terkoyak lagi...
Tapi bening air mataku tak lagi sisakan nyeri...
Ikhlasku bersama tiap detak zikir tasbihku mendoakanmu...
Di ujung sepi ini...
Aku merasa begitu penuh terisi oleh senyummu...
Begitu jauh sudah kuberlari dan ingkari hatiku...
Begitu banyak keajaiban yang diberikan Tuhan buatku...
Tapi aku selalu hanya berhenti pada titik yang sama...
Tak peduli dunia membenciku...
Tak hirau takdir mempermainkanku...
Di ujung sepi ini...hatiku hanya bisa mencintaimu...
Selalu...
Karena Tuhan ada dalam asaku...
Dalam tiap mimpiku tentangmu...
Di setiap air mataku...
Dan doa doa yang kupanjatkan di penghujung malamku...
Cinta...di ujung sepi ini...aku berhenti berlari...
Di ujung sepi ini...terpekur aku sepeninggalmu...
Ada yang tercabut dan terkoyak lagi...
Tapi bening air mataku tak lagi sisakan nyeri...
Ikhlasku bersama tiap detak zikir tasbihku mendoakanmu...
Di ujung sepi ini...
Aku merasa begitu penuh terisi oleh senyummu...
Begitu jauh sudah kuberlari dan ingkari hatiku...
Begitu banyak keajaiban yang diberikan Tuhan buatku...
Tapi aku selalu hanya berhenti pada titik yang sama...
Tak peduli dunia membenciku...
Tak hirau takdir mempermainkanku...
Di ujung sepi ini...hatiku hanya bisa mencintaimu...
Selalu...
Karena Tuhan ada dalam asaku...
Dalam tiap mimpiku tentangmu...
Di setiap air mataku...
Dan doa doa yang kupanjatkan di penghujung malamku...
Cinta...di ujung sepi ini...aku berhenti berlari...
Pinjami aku ikhlas itu....
by
Ry Kusumaningtyas pada 10 November 2010 jam 14:36
Tuhan...
Pinjami aku ikhlas itu...
Air mata ini sudah hampir menitik..
Tak ingin aku terjerembab dalam lara...
Tak ingin aku terpuruk dalam duka...
Sementara mentari begitu hangat menyinari hariku...
Sementara udara masih dapat kuhirup...
Tuhan...
Pinjami aku ikhlas itu...
Isak ini tertahan di dada...
Tak ingin aku silau dengan kebahagiaan milik mereka...
Tak ingin aku iri pada senyum yang bukan milikku
Sementara kakiku masih mampu berpijak...
Sementara asaku masih kupelihara...
Tuhan...
Pinjami aku ikhlas itu...
Perih hati ini menusuk...
Tak kan kubiarkan lukaku membasah lagi..
Tak kan kubiarkan mimpiku terkoyak lagi
Sementara Kau sangat sayang padaku
Sementara Kau ada menjagaku...
Tuhan...
Pinjami aku ikhlas itu...
Dan jangan biarkan aku sendirian....
Ry Kusumaningtyas pada 10 November 2010 jam 14:36
Tuhan...
Pinjami aku ikhlas itu...
Air mata ini sudah hampir menitik..
Tak ingin aku terjerembab dalam lara...
Tak ingin aku terpuruk dalam duka...
Sementara mentari begitu hangat menyinari hariku...
Sementara udara masih dapat kuhirup...
Tuhan...
Pinjami aku ikhlas itu...
Isak ini tertahan di dada...
Tak ingin aku silau dengan kebahagiaan milik mereka...
Tak ingin aku iri pada senyum yang bukan milikku
Sementara kakiku masih mampu berpijak...
Sementara asaku masih kupelihara...
Tuhan...
Pinjami aku ikhlas itu...
Perih hati ini menusuk...
Tak kan kubiarkan lukaku membasah lagi..
Tak kan kubiarkan mimpiku terkoyak lagi
Sementara Kau sangat sayang padaku
Sementara Kau ada menjagaku...
Tuhan...
Pinjami aku ikhlas itu...
Dan jangan biarkan aku sendirian....
Tuhan...hatiku patah..
by Ry Kusumaningtyas
Tuhan...hatiku patah ...
Bukan patah menjadi patahan yang rapi, indah dan berseni yang bisa kukenang sambil menertawakan kebodohanku...
Atau menjadi dua bagian yang sama besarnya...
Sehingga satu bisa kuberikan padanya untuk dia bawa pergi dan yang satunya kusimpan sebagai kenangan...
Dengan harapan suatu hari patahan itu masih dapat kurekatkan kembali jadi utuh...
Tapi hatiku patah dalam patahan yang tak berbentuk..
Remuk mungkin lebih tepat...
Dalam kepingan kepingan...atau mungkin serpihan serpihan kecil yang tak kasat mata...
Yang tak dapat lagi kurasa, kulihat, kuraba dengan segenap inderaku...
Jadi apa mungkin aku berharap bisa menyusun kepingan... serpihan itu menjadi suatu lukisan hatiku yang utuh lagi?
Bila aku bahkan tak dapat menemukan satu kepingan..satu serpihan saja..untuk kuberikan padanya?
Sekedar sebagai pengingat...bahwa itu pernah menjadi satu bagian dari lukisan yang indah...
Lukisan mimpi dan harapan yang dulu dia lukis dengan pena janji dan warna penuh cinta..
Aaaah...hatiku patah...Tuhan
Begitu menyedihkan dan menyakitkan hingga aku mati rasa...
Berharap bisa berteriak penuh amarah tapi kehilangan suara...
Berharap bisa menangis tersedu tapi kehabisan air mata...
Berharap bisa mencaci makinya tapi lidahku kelu...
Berharap bisa menemukan bagian dari diriku yang terluka itu hingga bisa kucarikan obat penawarnya...
Tapi aku tak tahu di mana lukaku itu...
Di bagian dari jiwaku yang remuk redam...
Di bagian dari hidupku yang luluh lantak...
Atau di bagian dari harapanku yang ingin mengakhirinya...
Tuhan...hatiku patah...
Haruskah aku menyalahkan skenario hidup yang Kau pilihkan untukku?
Haruskah aku marah dan frustasi pada pilihan takdir yang membawaku ke jalan ini?
Tuhan...aku tidak bisa...
Kau terlalu Maha Segalanya sehingga keterbatasan pemikiranku sebagai manusia tak dapat memahami apa yang di luar kuasaku..
Kau terlalu Maha Tahu sehingga aku tahu bahwa Kau jauh lebih tahu..
Hatiku memang patah..tapi semoga imanku tidak..
Bila ini yang harus kujalani..akan kujalani..
Hidup adalah sebuah perjalanan yang panjang dengan waktu yang begitu sempit bukan?
Aku tidak ingin berakhir sebelum menyelesaikannya...
Tuhan...hatiku patah ...
Bukan patah menjadi patahan yang rapi, indah dan berseni yang bisa kukenang sambil menertawakan kebodohanku...
Atau menjadi dua bagian yang sama besarnya...
Sehingga satu bisa kuberikan padanya untuk dia bawa pergi dan yang satunya kusimpan sebagai kenangan...
Dengan harapan suatu hari patahan itu masih dapat kurekatkan kembali jadi utuh...
Tapi hatiku patah dalam patahan yang tak berbentuk..
Remuk mungkin lebih tepat...
Dalam kepingan kepingan...atau mungkin serpihan serpihan kecil yang tak kasat mata...
Yang tak dapat lagi kurasa, kulihat, kuraba dengan segenap inderaku...
Jadi apa mungkin aku berharap bisa menyusun kepingan... serpihan itu menjadi suatu lukisan hatiku yang utuh lagi?
Bila aku bahkan tak dapat menemukan satu kepingan..satu serpihan saja..untuk kuberikan padanya?
Sekedar sebagai pengingat...bahwa itu pernah menjadi satu bagian dari lukisan yang indah...
Lukisan mimpi dan harapan yang dulu dia lukis dengan pena janji dan warna penuh cinta..
Aaaah...hatiku patah...Tuhan
Begitu menyedihkan dan menyakitkan hingga aku mati rasa...
Berharap bisa berteriak penuh amarah tapi kehilangan suara...
Berharap bisa menangis tersedu tapi kehabisan air mata...
Berharap bisa mencaci makinya tapi lidahku kelu...
Berharap bisa menemukan bagian dari diriku yang terluka itu hingga bisa kucarikan obat penawarnya...
Tapi aku tak tahu di mana lukaku itu...
Di bagian dari jiwaku yang remuk redam...
Di bagian dari hidupku yang luluh lantak...
Atau di bagian dari harapanku yang ingin mengakhirinya...
Tuhan...hatiku patah...
Haruskah aku menyalahkan skenario hidup yang Kau pilihkan untukku?
Haruskah aku marah dan frustasi pada pilihan takdir yang membawaku ke jalan ini?
Tuhan...aku tidak bisa...
Kau terlalu Maha Segalanya sehingga keterbatasan pemikiranku sebagai manusia tak dapat memahami apa yang di luar kuasaku..
Kau terlalu Maha Tahu sehingga aku tahu bahwa Kau jauh lebih tahu..
Hatiku memang patah..tapi semoga imanku tidak..
Bila ini yang harus kujalani..akan kujalani..
Hidup adalah sebuah perjalanan yang panjang dengan waktu yang begitu sempit bukan?
Aku tidak ingin berakhir sebelum menyelesaikannya...
Langganan:
Postingan (Atom)