oleh Ry Kusumaningtyas pada 09 Desember 2010 jam 20:29
14 september 1998...
Rasanya baru kemarin kau jabat tanganku dalam hangat sapamu...
Rasanya baru kemarin kau tersenyum dan merengkuhku dalam persahabatan yang tulus...
Bunda...
Aku selalu ingat senyummu yang manis...
Aku selalu ingat renyah tawamu yang berderai...
Aku selalu ingat cerita-ceritamu yang mengalir bagai air...
Aku juga selalu ingat air matamu...
Bunda...
Kau adalah sahabat pertama yang kumiliki di kejamnya Jakarta...
Kau adalah pengganti ibuku yang tak pernah ada...
Kau dengan kecerewetanmu yang kadang membuatku jengkel...
Kau dengan keramaianmu yang selalu membuatku tertawa..
Kau dengan kekanak-kanakanmu yang membuatku tersenyum geli...
Aku sering bertanya..
Apa yang membuat kita begitu dekat..
Walau usia kita terentang begitu jauh...
Walau sifat kita bagai bumi dan langit...
Tapi kita saling melengkapi dan memiliki...
Aku tak akan pernah lupa kebaikanmu...
Ketulusanmu...
Kehangatan hatimu...
Aku tak akan pernah lupa hari-hari kubagi kisah cintaku denganmu...
Kau yang selalu mendukung setiap langkahku...
Kau yang selalu membelaku walau dunia menghujatku...
Kau yang selalu melihat ke dalam hatiku...
Aku tak akan pernah lupa kasih sayangmu...
Kau selalu menyambutku dengan pelukanmu tiap kali aku mengunjungimu di Bogor..
Kau selalu bersedia menjadi tempatku mengadu...
Kau selalu membuka pintu rumahmu untukku dalam duka dan penderitaanku...
Rasanya baru kemarin...
Saat kita berpelukan di toilet wanita lantai 9 Gedung Pusat Manggala Wanabhakti...
Menangis terisak karena harus terpisah jarak...
Jakarta Yogyakarta...
Betapa aku kehilanganmu Bunda...
Dulu kita rajin bersurat-suratan, sms dan telefon...
Sebelum Bunda sakit, Bunda selalu ingat ulang tahunku...
Bunda juga selalu merindukan "cucuku yang cantik", anakku Rara...
Yang sejak masih kukandung selalu Bunda sayangi...
Aku masih ingat,
Desember 2007...
Saat aku terakhir kali bertemu Bunda di RS...
Bunda menangis memelukku...
Betapa kurusnya Bunda dan betapa hancur hatiku...
Bunda...
Maafkan aku...
Karena aku tak sempat lagi menengok Bunda...
Karena aku begitu tenggelam dalam dukaku sendiri dan lalai berbagi denganmu...
Aku sungguh menyesal...
Bunda...
Andai dapat kuputar waktu...
Aku ingin sekali lagi bisa bertemu denganmu...
Berlabuh di dekapanmu yang hangat...
Tertawa dan menangis lagi bersamamu...
Maafkan aku karena tidak ada di sampingmu...
Bunda...
Isakku menyesakkan dada...
Tapi aku tak ingin memberatkan langkahmu dalam ketidak ikhlasan...
Allah lebih tahu apa yang terbaik bagimu...
Kau telah tenang di sana...
Terbebas dari rasa sakit itu...
Aku yakin kau sekarang pasti sedang tersenyum...
Karena kau adalah orang yang tak pernah lupa mengingatkan aku pada Allah...
Karena kau adalah orang yang telah mengajariku untuk selalu berserah diri pada Allah...
Karena darimu aku belajar untuk selalu berjuang...
Bunda...
Walau kini kita benar-benar telah terpisahkan oleh takdir...
Tapi kau tetap akan selalu ada di hatiku...
Sahabat dan ibu terbaik yang pernah ada...
Bunda...
Doaku selalu menyertaimu...
Teriring doa, cinta, dan air mata untuk sahabat dan ibuku...
Ibu Peni Lestari yang baru saja berpulang ke hadirat Allah SWT dalam usia 53 tahun...
Semoga amal ibadah Bunda di terima di sisi Allah SWT...
Amin Ya Robbal Alamin...
14 september 1998...
Rasanya baru kemarin kau jabat tanganku dalam hangat sapamu...
Rasanya baru kemarin kau tersenyum dan merengkuhku dalam persahabatan yang tulus...
Bunda...
Aku selalu ingat senyummu yang manis...
Aku selalu ingat renyah tawamu yang berderai...
Aku selalu ingat cerita-ceritamu yang mengalir bagai air...
Aku juga selalu ingat air matamu...
Bunda...
Kau adalah sahabat pertama yang kumiliki di kejamnya Jakarta...
Kau adalah pengganti ibuku yang tak pernah ada...
Kau dengan kecerewetanmu yang kadang membuatku jengkel...
Kau dengan keramaianmu yang selalu membuatku tertawa..
Kau dengan kekanak-kanakanmu yang membuatku tersenyum geli...
Aku sering bertanya..
Apa yang membuat kita begitu dekat..
Walau usia kita terentang begitu jauh...
Walau sifat kita bagai bumi dan langit...
Tapi kita saling melengkapi dan memiliki...
Aku tak akan pernah lupa kebaikanmu...
Ketulusanmu...
Kehangatan hatimu...
Aku tak akan pernah lupa hari-hari kubagi kisah cintaku denganmu...
Kau yang selalu mendukung setiap langkahku...
Kau yang selalu membelaku walau dunia menghujatku...
Kau yang selalu melihat ke dalam hatiku...
Aku tak akan pernah lupa kasih sayangmu...
Kau selalu menyambutku dengan pelukanmu tiap kali aku mengunjungimu di Bogor..
Kau selalu bersedia menjadi tempatku mengadu...
Kau selalu membuka pintu rumahmu untukku dalam duka dan penderitaanku...
Rasanya baru kemarin...
Saat kita berpelukan di toilet wanita lantai 9 Gedung Pusat Manggala Wanabhakti...
Menangis terisak karena harus terpisah jarak...
Jakarta Yogyakarta...
Betapa aku kehilanganmu Bunda...
Dulu kita rajin bersurat-suratan, sms dan telefon...
Sebelum Bunda sakit, Bunda selalu ingat ulang tahunku...
Bunda juga selalu merindukan "cucuku yang cantik", anakku Rara...
Yang sejak masih kukandung selalu Bunda sayangi...
Aku masih ingat,
Desember 2007...
Saat aku terakhir kali bertemu Bunda di RS...
Bunda menangis memelukku...
Betapa kurusnya Bunda dan betapa hancur hatiku...
Bunda...
Maafkan aku...
Karena aku tak sempat lagi menengok Bunda...
Karena aku begitu tenggelam dalam dukaku sendiri dan lalai berbagi denganmu...
Aku sungguh menyesal...
Bunda...
Andai dapat kuputar waktu...
Aku ingin sekali lagi bisa bertemu denganmu...
Berlabuh di dekapanmu yang hangat...
Tertawa dan menangis lagi bersamamu...
Maafkan aku karena tidak ada di sampingmu...
Bunda...
Isakku menyesakkan dada...
Tapi aku tak ingin memberatkan langkahmu dalam ketidak ikhlasan...
Allah lebih tahu apa yang terbaik bagimu...
Kau telah tenang di sana...
Terbebas dari rasa sakit itu...
Aku yakin kau sekarang pasti sedang tersenyum...
Karena kau adalah orang yang tak pernah lupa mengingatkan aku pada Allah...
Karena kau adalah orang yang telah mengajariku untuk selalu berserah diri pada Allah...
Karena darimu aku belajar untuk selalu berjuang...
Bunda...
Walau kini kita benar-benar telah terpisahkan oleh takdir...
Tapi kau tetap akan selalu ada di hatiku...
Sahabat dan ibu terbaik yang pernah ada...
Bunda...
Doaku selalu menyertaimu...
Teriring doa, cinta, dan air mata untuk sahabat dan ibuku...
Ibu Peni Lestari yang baru saja berpulang ke hadirat Allah SWT dalam usia 53 tahun...
Semoga amal ibadah Bunda di terima di sisi Allah SWT...
Amin Ya Robbal Alamin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar