oleh Ry Kusumaningtyas pada 19 November 2010 jam 15:03
Terlelap cinta dalam dekapku
Ada damai yang indah dalam lirih nafasmu
Tergugu aku pada rasa yang mengisi penuh relungku yang kosong
Ingin kurengkuh letihmu dalam lenganku yang ringkih
Ingin kubasuh peluhmu dengan jariku
Dan kukecup sedihmu di lembut bibirku
Tapi sungguh takut aku menyentuh lukaku
Saat kau bertanya kenapa kumencintaimu….
Pernahkah kau tanyakan kenapa mentari harus berlalu kala malam datang
Dan membiarkan dunia menggigil dalam gelap?
Haruskah kau tanyakan kenapa rembulan tak memiliki cahayanya sendiri selain menjadi bayang-bayang?
Dan bintang walau gemerlap tapi tak dapat kau rasakan hangatnya?
Jangan tanyakan kenapa daun-daun itu harus mengering dan gugur
Jangan tanyakan kenapa pelangi hanya datang setelah hujan
Jangan tanyakan kenapa langit tak selamanya biru
Dan kenapa masih saja ada debar di dada kala tatap kita bertemu…
Aku tak memiliki jawabannya….
Sama seperti saat kau tanyakan kenapa aku masih ada untukmu
Setelah airmata meredupkan cahaya harapan di mataku
Setelah lukisan luka carut marut tergores di tepi senyumku
Setelah detik demi menit dan demi jam dan demi hari dan demi minggu dan demi bulan
Lalu tahun berlalu bersama keletihan yang meluluh lantakkan kesabaran yang terdalam
Aku tak memiliki jawabannya…
Selain kenyataan bahwa kau ada dalam tiap bait doaku
Kau ada di setiap jejak langkahku
Kau ada di dalam mimpi dan asaku
Tanpa kuminta, tanpa kumau dan tanpa kuharap kau telah ada di situ
Bisakah kutanyakan kenapa kau ada di hidupku karenanya?
Tuhan memiliki cara-Nya sendiri yang tak pantas kutanyakan
Jadi biarkan ikhlas itu yang mengajariku bagaimana mensyukuri adanya kau dalam hidupku…
Hanya itu…
Ada damai yang indah dalam lirih nafasmu
Tergugu aku pada rasa yang mengisi penuh relungku yang kosong
Ingin kurengkuh letihmu dalam lenganku yang ringkih
Ingin kubasuh peluhmu dengan jariku
Dan kukecup sedihmu di lembut bibirku
Tapi sungguh takut aku menyentuh lukaku
Saat kau bertanya kenapa kumencintaimu….
Pernahkah kau tanyakan kenapa mentari harus berlalu kala malam datang
Dan membiarkan dunia menggigil dalam gelap?
Haruskah kau tanyakan kenapa rembulan tak memiliki cahayanya sendiri selain menjadi bayang-bayang?
Dan bintang walau gemerlap tapi tak dapat kau rasakan hangatnya?
Jangan tanyakan kenapa daun-daun itu harus mengering dan gugur
Jangan tanyakan kenapa pelangi hanya datang setelah hujan
Jangan tanyakan kenapa langit tak selamanya biru
Dan kenapa masih saja ada debar di dada kala tatap kita bertemu…
Aku tak memiliki jawabannya….
Sama seperti saat kau tanyakan kenapa aku masih ada untukmu
Setelah airmata meredupkan cahaya harapan di mataku
Setelah lukisan luka carut marut tergores di tepi senyumku
Setelah detik demi menit dan demi jam dan demi hari dan demi minggu dan demi bulan
Lalu tahun berlalu bersama keletihan yang meluluh lantakkan kesabaran yang terdalam
Aku tak memiliki jawabannya…
Selain kenyataan bahwa kau ada dalam tiap bait doaku
Kau ada di setiap jejak langkahku
Kau ada di dalam mimpi dan asaku
Tanpa kuminta, tanpa kumau dan tanpa kuharap kau telah ada di situ
Bisakah kutanyakan kenapa kau ada di hidupku karenanya?
Tuhan memiliki cara-Nya sendiri yang tak pantas kutanyakan
Jadi biarkan ikhlas itu yang mengajariku bagaimana mensyukuri adanya kau dalam hidupku…
Hanya itu…