my story

Minggu, 01 Mei 2011

Surat panjang untuk kekasih....



Yogyakarta, di kala hujan....

Cinta….
Semua yang kutulis ini sudah pernah kutulis
Di mana setiap kata adalah air mataku
Di mana setiap kalimat adalah lukaku
Kepedihan yang tak pernah berujung yang terus kutulis ulang dari hari ke hari
Dengan harapan suatu saat hatimu akan tersentuh karenanya
Walau itu tak pernah terjadi…..

Kamu selalu menganggap segalanya mudah
Bukan untuk sekali ini saja….
Tapi telah berulang dari waktu ke waktu
Dengan janji yang tertunda dan bahkan tak pernah ditepati
Dengan berbagai alasan pembenaran yang harus diterima
Dengan maaf yang semakin lama tak lagi bernilai sebagai penutup
Ritme yang terus berulang seperti genta yang berdentang terus menerus
Menggemakan nada gaung yang sama
Hingga tak hanya telinga yang ditulikan tapi juga suara hati yang dibisukan

Dalam satu tarikan nafas kamu bersumpah dan berjanji padaku
Kamu tak akan melukaiku lagi
Kamu akan mengikuti segala yang kumau
Kamu akan belajar dari hari kemarin, dari kesalahan yang pernah terjadi
Kamu tidak akan mengulangi kesalahan yang sama
Kamu tak akan bersikap kasar
Kamu akan mengembalikan segala yang kamu rampas dari hatiku
Kamu akan membayar setiap lukaku, kepedihanku, air mataku
Kamu tidak akan memperlakukan aku seperti sampah lagi
Kamu tidak akan bersikap kasar, tidak emosional
Kamu akan membuang ego, keangkuhan dan kesombonganmu
Kamu akan mengalah padaku
Kamu akan menomorsatukan aku di atas yang lain di dunia ini
Kamu akan mengerti dan memahami aku
Kamu akan berusaha menjadi seperti yang kumau
Kamu akan berubah
Kamu akan memilih
Tapi adakah satu saja dari semua itu yang kamu buktikan padaku ?
Semua hanya sekedar kata-kata kan ?

Hari-hari bergulir seperti roda, berputar datang dan pergi
Kadang terasa lambat untuk dijalani kadang terlalu cepat berlalu
Cinta kita juga telah berputar seperti roda
Ada saat terlalu dalam menekan, meninggalkan jejaknya di tanah basah
Tapi ada saat ia seolah terbang melayang meniupkan debu dan kerikil
Sudah berapa banyak jejakmu yang tertanam di jalanan hatiku yang selalu basah oleh air mata?
Sudah berapa banyak debu dan kerikil yang kau tiupkan ke gersang hatiku hingga perih terasa?
Sudah berapa panjang hari-hari?
Siang malam silih berganti antara terik mentari dan derai hujan?
Sudah berapa lama aku menunggumu di tepian kehancuran?
Sudah berapa lama aku terjebak dalam lingkaran kepedihan yang seakan tiada berujung?
Sudah berapa lama aku berdiri di persimpangan dua sisi hati yang tak pernah bisa kupilih salah satunya ?
Sudah berapa banyak luka yang kau goreskan ke hatiku ?
Sudah berapa dalam sembilu kau tikamkan ke jantungku ?
Sudah berapa banyak bagian dari hidupku yang kau remuk redamkan, kau hancurkan hingga luluh lantak ?

Setiap kali kau membawaku ke ketinggian
Membuatku menatap langit yang biru di mana di sana aku berharap ada harapan bagiku
Membuatku menatap awan putih yang berarak berusaha mempercayai sumpah janjimu
Membuatku mencari batas cakrawala tempatku menunggumu menepati semua
Membuatku berpikir betapa indahnya pelangi setelah hujan tempatku sandarkan segala impian, harapan dan seluruh hidupku
Lalu kemudian kau hempaskan aku
Kau campakkan aku

Tahukah kau rasanya jatuh dari ketinggian?
Tahukah kau rasanya ketika kebencian perlahan-lahan mengegerogoti hati dan jiwamu?
Tahukah kau rasanya ketika kekecewaan menghancur leburkan harapanmu?
Tahukah kau rasanya ketika mimpimu terbakar habis jadi abu?
Tahukah kau rasanya ketika harga dirimu tercabik-cabik dalam penghinaan?
Tahukah kau rasanya ketika hatimu membeku, mati rasa?
Tahukah kau rasanya ketika seluruh hidupmu dihancur leburkan tanpa perasaan?
Tahukah kau rasanya ketika cintamu harus kaubunuh sebelum ia terlebih dahulu membunuhmu?


Kenapa aku begitu buta?
Kenapa aku begitu tuli?
Knapa aku begitu bodoh dan naif?
Kenapa setelah kau hancur leburkan hidupku, kau rajam hatiku, kau rampas seluruh milikku, aku masih saja memaafkanmu?
Kenapa setelah bertahun-tahun kau permainkan hatiku, kau perlakukan aku seperti sampah, kau lempar aku ke dalam kubangan penghinaan, aku masih saja mempercayaimu?
Kau telah merusakku hingga ke sel tubuhku yang terkecil
Kau telah menghancurkan aku hingga ke tetes darahku yang terakhir
Kau telah melukaiku hingga ke sungsum tulangku
Dan aku tak akan pernah bisa memaafkan diriku karena membiarkan kau melakukannya padaku

Aku pernah sangat mencintaimu…
Aku ingat setiap detik, setiap langkah dan setiap nafasku bersamamu
Aku ingat debaran hatiku, degup jantungku, dan desir darahku karena sentuhanmu
Aku ingat kelembutan dan kasih sayangmu yang menyesakkan dadaku
Aku ingat hari-hari dengan keberadaanmu
Aku ingat lorong gelap saat bibirmu mengecupku
Aku ingat derai hujan, wangi melati dan genggaman hangat jemarimu
Aku ingat begitu banyak hal tentang dirimu
Aku ingat malam-malam dalam pelukanmu
Dan aku ingat pagi pertama kutemukan diriku berbaring di sisimu

Bagaimana bisa kubuang itu semua?
Segalanya tentangmu yang sudah menjadi bagian dari diriku
Segalanya tentangmu yang menjadikan aku mencintaimu…
Aku mungkin dapat melupakan kau yang pernah bersamaku tertawa
Namun aku tak akan dapat melupakan kau yang pernah bersamaku berurai air mata
Aku ingat setiap tetes airmata penuh kepedihan karenamu
Aku ingat setiap sentuhanmu yang lumurkan dosa di tubuhku
Aku ingat setiap kecupanmu yang membakarku dalam kehinaan
Aku ingat setiap detik yang kulewati tanpa akal sehat, hati nurani, kehormatan dan harga diri untuk sebuah cinta yang pada akhirnya kusadari tak pantas kuperjuangkan

Adakah yang lebih menyakitkan dari mencintai seseorang yang tak boleh kucintai?
Adakah yang lebih menyedihkan dari mengharapkan milik orang lain?
Adakah yang lebih memalukan dari pengorbanan untuk seseorang yang tak pantas menerimanya?
Adakah yang lebih hancur dari hatiku saat menyadari aku ini tak cukup berharga bagimu?
Kenapa harus kusesali kerinduanmu yang tak berlabuh di hatiku?
Kenapa harus kutangisi anganmu yang terbang jauh sementara aku ada di sisimu?
Kenapa harus kuterluka karena ternyata kau tak mau berkorban untukku?
Kenapa harus kuterpuruk mencintai seseorang yang tak memperdulikanku sama sekali?

Cinta...
Malam ini bersama hujan yang terus turun...
Aku tahu bahwa aku harus benar-benar berhenti dari segalanya tentangmu
Dan separuh nafasku seakan tertinggal di antara jejak-jejak langkahku di setiap sudutnya
Telah kulepaskan dirimu, keberadaanmu, kebersamaan kita bersama kenangan yang menyertainya
Berhenti dari segalanya tentangmu
Berhenti dari kepedihanku mencintaimu.....

Cinta...tidakkah kau menyesalinya?

by Ry Kusumaningtyas, 22.30 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar